Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 Г 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali.
Pada abad ke 7 Masehi, sabun mandi mulai diproduksi di Eropa. Para pembuat sabun ini sangat merahasiakan resep sabunnya. Mereka mencampurkan minyak yang nabati dan hewani dengan abu tanaman dan pewangi. Lama kelamaan muncullah berbagai produk pembersih seperti shampoo dan busa untuk mencukur dan juga mencuci baju.
Pembuatan sabun secara besar-besaran terjadi pada tahun 1791 ketika seorang ahli kimia dari Perancis, Nicholas LeBlanc, mematenkan proses pembuatan soda abu atau sodium karbonat dari garam biasa. Soda abu adalah alkali (basa) yang diperoleh dari abu dan ketika dicampur dengan lemak akan menghasilkan sabun. Proses Leblanc ini menghasilkan soda abu yang berkualitas baik, murah dan dalam jumlah yang besar.
Kemajuan teknologi pembuatan sabun mandi juga ditandai dengan penemuan Ernest Solvay, ahli kimia dari Belgia, yaitu proses ammonia dengan menggunakan garam atau sodium klorida untuk membuat soda abu. Proses Solvay ini semakin menurunkan biaya produksi dalam pembuatan alkali dan meningkatkan jumlah dan kualitas soda abu yang dihasilkan.
Penemuan-penemuan ilmiah dan perkembangan perindustrian inilah yang membuat produksi sabun di Amerika berkembang pesat pada tahun 1850an. Sabun tidak lagi menjadi barang mewah tetapi menjelma menjadi barang yang dibutuhkan setiap hari.
0 komentar:
Posting Komentar